Pada suatu hari ayah mereka membawa berbagai ragam mainan yang baru kepada anak yang bersifat pesimis ini, sedangkan anak yang optimis sengaja dikurung di kandang kuda yang penuh dengan kotoran kuda. Karena dia ingin mengubah sifat mereka, sehingga dia melakukan percobaan ini.
Keesokkan harinya ayahnya melihat anak yang pesimis sedang menangis dengan sedih, lalu bertanya kepadanya, "Kenapa engkau menangis anakku, apakah engkau tidak suka kepada mainan ini?". "Mainan ini bisa rusak kalau dipakai untuk main," jawab anaknya yang pesimis.
Setelah berkata demikian anak itu terus menangis. Sembari menarik nafas ayahnya meninggalkannya, berjalan ke kandang kuda. Dia melihat anak yang optimis dengan gembira dengan sekop kecilnya, sedang mencari sesuatu di atas kotoran kuda. Melihat kedatangan ayahnya dengan gembira dia berkata, "Papa saya kabarkan kepadamu, saya pikir didalam tumpukan kotoran kuda ini pasti tersembunyi sebuah harta karun," ujar putranya dengan riang.
Keesokan harinya, ayahnya memberikan kepada mereka masing-masing satu setengah botol minuman ringan. Anak yang pesimis ini tidak meminum minuman ringan ini karena dia melihat hanya tinggal satu setengah botol, sedangkan anak yang optimis dengan gembira berkata, "Asyik ! Masih ada satu setengah botol."
Ada seorang penjaga kuburan, setiap minggu dia mendapat kiriman surat dan sebuah cek, surat ini dari seorang ibu yang berpesan kepadanya, setiap minggu harus membeli seikat bunga ditaruh di kuburan anaknya.
Pada suatu hari penjaga kuburan ini mendapat kunjungan dari seseorang, orang ini duduk didalam mobil, menyuruh supirnya dengan tergesa-gesa datang ke rumah penjaga kuburan berkata, "Nyonya saya sedang sakit keras, sekarang sedang duduk didalam mobil menunggu Anda."
Setelah penjaga kuburan sampai di mobil, dia melihat seorang nyonya yang lemah dan tua, tetapi ia masih kelihatan anggun. Pandangan mata nyonya ini sangat sedih tanpa semangat dan dia sedang memeluk seikat bunga besar. Dia berkata, "Saya adalah nyonya Adam yang selama beberapa tahun ini setiap minggu mengirim uang dan surat kepada anda," ujar nyonya itu.
Penjaga kuburan berkata, "Oh… ibu yang selalu membelikan anaknya seikat bunga segar." "Benar, bunga segar untuk anakku,"ujar nyonya itu. "Nyonya, setiap minggu saya pasti tidak lupa meletakkan diatas kuburannya," jawab penjaga kuburan itu.
"Hari ini saya sendiri yang akan melakukannya," tutur wanita tua ini berkata sambil turun dari mobil dibantu sopirnya. "Dokter telah mendiagnosa saya tidak akan bertahan hidup lagi dalam beberapa minggu ini, saya pikir akhirnya bisa mati lebih bagus, hidup saya memang sudah tidak berarti lagi, tetapi saya hanya ingin melihat anak saya sekali lagi serta dengan tangan saya sendiri meletakkan bunga-bunga ini di kuburannya," kata wanita itu.
Penjaga kuburan berkata, "Nyonya, selama beberapa tahun ini, uang yang engkau kirimkan untuk membeli bunga ini sebenarnya sangat mubazir." "Mubazir,?" dengan terkejut nyonya ini memandang ke penjaga kuburan.
Penjaga kuburan berkata, "Bunga segar diletakkan disini, dalam beberapa hari akan menjadi layu, tidak ada yang melihat, tidak ada yang menikmati, terlalu mubazir!"
"Benarkah engkau berpikir demikian?" tanya nyonya itu. "Benar, nyonya, jangan menyalahkan saya, saya sendiri sering mengunjungi panti asuhan dan rumah sakit, mereka yang berada disana sangat menyukai bunga, mereka disana adalah orang hidup, sedangkan dikuburan ini tidak ada orang yang hidup bukankah demikian?," jawab penjaga kuburan itu.
Nyonya itu setelah mendengar perkataan penjaga kuburan itu hanya tediam seribu bahasa. Setelah duduk terdiam, dia lantas meninggalkan tempat itu. Penjaga kuburan merasa menyesal dan bersalah, dia merasa tanpa berpikir panjang mengucapkan perkataan tersebut. "Apakah wanita yang sudah akan meninggal ini dapat bertahan mendengar perkataan saya," tanya penjaga kuburan itu dalam dirinya.
Tetapi beberapa bulan kemudian nyonya itu kembali mengunjunginya. Adapun yang mengagetkan penjaga kuburan ini adalah, nyonya itu sendiri yang menyetir mobil datang ke ke kuburan itu.
Nyonya itu berkata kepada penjaga kuburan itu, "Saya telah memberikan bunga-bunga tersebut kepada orang-orang yang berada di rumah sakit dan di panti asuhan." "Benar, seperti yang kamu katakan, mereka sangat gembira menerima bunga tersebut, saya juga ikut bergembira! Oleh sebab itu penyakit saya menjadi sembuh," kata nyonya itu.
"Dokter sendiri tidak mengerti kenapa hal tersebut bisa terjadi, tetapi saya mengerti, karena saya merasa sekarang hidup saya sangat berarti bagi orang lain!," lanjutnya.
Kisah ini menceritakan nyonya ini dari murung, saat-saat memberikan bunga kepada anaknya yang telah meninggal, menjadi bersemangat saat memberikan bunga kepada orang yang hidup. Pemberiannya yang membangkitkan semangat kepada orang lain, serta merta turut menimbulkan semangat hidup bagi nyonya tua itu. Pengalaman hidup secara pesimis menjadi optimis, itulah yang membuat nyonya tua itu sekan hidup kembali, sehingga penyakit dan jiwanya menjadi sembuh.
Didalam hidup ini bagaimana memilih untuk cara hidup, sangatlah penting. Seandainya kita berpikir, "Waduh saya sudah tua, hidup tidak akan lama lagi," justru segala kesusahan dan penyakit akan segera datang.
Lalu kenapa kita tidak memandang hidup secara optimis dan ceria. Melakukan hal yang berguna bagi orang lain, dan melihat kepada semangat kaum muda. Melihat dan bergaul dengan mereka dapat menambah semangat hidup, dengan demikian akan membangkitkan semangat hidup. [Angie Tan / Medan]