Di kota Shewei, ada seorang yang bernama Niti yang berasal dari kasta terendah ini, pekerjaannya adalah membantu orang membuang tinja, ia melakukan pekerjaan yang tidak ada orang yang mau melakukannya, dia adalah seorang yang sangat jujur dan baik, biasanya dia tidak banyak berbicara.
Pada suatu hari ketika Budha sedang bermeditasi, dia melihat Niti, ia telah membayar hampir semua karmanya, sehingga sudah waktunya dia terlepas dari penderitaan duniawi. Maka Budha dan Ananda datang ke sebuah jalan, ketika mereka berada disebuah gang, pada saat itu Niti yang sedang mengangkat sebuah tong yang penuh dengan tinja berjalan keluar dari gang itu. Ketika dia melihat Sang Budha, karena merasa dirinya sangat hina, dia bermaksud menghindar dan membalik badannya, tidak berani bertatap muka dengan Budha yang agung, tetapi gang itu sangat sempit, sama sekali tidak ada tempat untuk bersembunyi, hatinya sangat kacau, sementara tongnya yang penuh dengan tinja, tiba-tiba terbalik tumpah, sehingga seluruh badan Niti tersiram tinja, dalam keadaan panik dia tidak tahu harus berbuat apa, dia hanya dapat menundukkan kepalanya dalam-dalam, tidak berani memandang sang Budha.
Sang Budha datang kehadapannya dan bertanya kepadanya :"Niti, apakah kau bersedia menjadi bhiksu, apakah engkau mau melepaskan semua penderitaan di dunia ini?".
Niti dengan malu berkata :" Ajaran Budha adalah ajaran yang agung, semua pengikutnya adalah kaum bangsawan, sedangkan saya adalah seorang yang berasal dari kasta rendah, bagaimana dapat dibandingkan dengan mereka, dari mana saya mendapat berkah yang demikian besar sehingga dapat menjadi bhiksu dan melepaskan semua penderitaan didunia ini?".
Budha berkata :"Fa(hukum) Budha bagaikan air yang jernih, dapat mencuci segala yang kotor, barang apapun didunia ini, dapat dicuci bersih dengan air yang jernih ini. Fa (hukum)Budha bagaikan api yang besar, dapat membakar apapun, barang apapun didunia ini, setelah tersentuh oleh api ini, segera berubah menjadi suci. Fa (hukum) Budha tidak membedakan kaya dan miskin, setiap orang, jika percaya kepada Budha, melepaskan penderitaan, dengan gigih berkultivasi semuanya dapat menjadi bhiksu."
Perkataan sang Budha membuat Niti sangat terharu, lalu dia mengikuti Budha pulang ke biara Ziyuan, dan ditahbiskan menjadi bhiksu. Dengan sangat rajin dia berkultivasi dan dia adalah seorang yang sangat pintar.
Mendengar ceramah dan rajin mempelajari Fa Budha, setiap hari bermeditasi, Niti dengan cepat terbuka kecerdasannya, terhadap ajaran Sang Budha dia tidak hanya terbuka kesadarannya juga dapat menjalankan semua ajaran Budha dengan baik, tidak berapa lama kemudian dia sudah memperoleh status Arhat.
Pada saat Niti hendak ditahbiskan menjadi bhiksu, banyak orang kaya dan sombong tidak puas dengannya, karena mereka menganggap Niti terlahir dari kasta yang rendah tidak pantas menjadi bhiksu yang mendapat persembahan dari masyarakat, semakin mereka pikirkan semakin tidak puas, akhirnya mereka melaporkan hal ini kepada raja, mereka meminta raja berkata kepada Sang Budha supaya tidak menerima Niti menjadi muridnya.
Akhirnya, raja naik kereta datang ke biara Ziyuan meminta pendapat Sang Budha.
Ketika kereta tiba didepan biara, raja turun dari kereta berjalan melewati sebuah taman, pada saat itu dia melihat diatas sebuah batu besar dengan sangat berwibawa duduk seorang bhiksu, raja dengan sopan berkata kepadanya :"saya mau bertemu dengan Sang Budha, dapatkah engkau menyampaikan pesan saya?" bhiksu ini mengangguk kepalanya, lalu menghilang dari batu besar itu dengan cepat muncul kembali dan berkata kepada raja :"Sang Budha mengizinkan engkau sekarang bertemu dengannya."
Raja melihat bhiksu ini dapat menghilang dan muncul kembali dari batu besar yang tidak ada lubang dan pintu, dia sangat heran, ketika dia bertemu dengan Sang Budha dan memberi hormat kemudian dia bertanya :"Budha, bhiksu tadi yang melaporkan kedatangan saya, dia memiliki kemampuan supernormal, siapakah dia sebenarnya?"
Dengan tersenyum ramah sang Budha berkata kepada raja :"Raja, maksud kedatangan anda hari ini adalah menanyakan kepada saya kenapa saya menerima murid dari orang yang berasal dari kasta paling rendah dan paling hina, saya memilih murid tidak membedakan kaya dan miskin, dimata saya semua adalah sama derajatnya, bhiksu yang tadi engkau tanyakan dia adalah Niti, dia telah memperoleh status buah Arhat."
Raja sangat malu.
Budha melanjutkan :"di dunia ini setiap orang, kaya dan miskin, semua ini dikarenakan karma yang mereka perbuat, jika seseorang berbuat welas asih, jujur, menghormati orangtua dan melindungi yang lemah, rendah hati, pasti akan menjadi orang yang dihormati, sedangkan orang yang keji, kejam, sadis, sombong dan memandang rendah kepada orang lain, akibatnya pasti akan menjadi orang yang hina."
Raja kemudian bertanya lagi kepada Budha :"lalu kenapa Niti terlahir dari kasta yang demikian rendah?"
Budha melanjutkan berkata :"Dahulu kala, ketika Tahtagata Dieye mencapai Nirvana, diantara 100 ribu muridnya terdapat seorang yang sangat sombong, dia selalu memandang rendah terhadap orang lain, tidak sopan terhadap orang lain, selalu melemparkan tugasnya kepada orang lain, ketika dirinya tidak enak badan, dia malas bangun dari tempat tidur, menyuruh orang lain membersihkan kamar tidurnya, dia memerintah bhiksu yang lain bagaikan kacungnya, tidak menghormati yang lebih tua, karena karma yang dibuatnya dimasa lalu, selama 500 tahun, setiap reinkarnasi harus mengerjakan pekerjaan yang hina membantu orang lain membuang tinja, sampai pada kehidupan kini, karmanya telah dibayar, dan bertemu dengan Budha, menjadi bhiksu dan menjalani takdir pertemuannya mulai berkultivasi.
Setelah raja mendengar penjelasan dari Sang Budha, dia sangat kagum dan hormat kepada sang Budha, Fa Budha sangat berwelas asih, dapat membuat manusia terlepas dari penderitaan.
Manusia, selalu menindas yang lemah, tidak menghormati orang lain, mengeluarkan kata-kata yang melukai perasaan orang lain, pada akhirnya harus membayar semua karma ini, yang patut dikasihani sebenarnya adalah diri sendiri. 500 tahun reinkarnasi mengerjakan pekerjaan hina membantu orang lain membuang tinja, semua ini disebabkan hanya karena kesombongan diri sendiri dan memandang rendah orang lain! [Zhengjian / Tionghoanews]