KEHIDUPAN | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Senin, 30 Januari 2012

BELAJAR TANPA BERPIKIR ADALAH MENYIA-NYIAKAN TENAGA

Konfusius (551 S.M - 479 S.M), lahir di Kerajaan Lu pada Periode Musim Semi dan Gugur. Nama pemberian orangtuanya, nama yang melengkapi nama keluarga, adalah Qiu dan nama hormatnya adalah Zhongni.

Nama hormat dalam budaya China adalah nama yang akan digunakan kemudian selama hidup bukan nama pemberian ketika lahir.

Konfusius diangkat sebagai salah satu pejabat yang mengawasi pendidikan di Kerajaan Lu. Ia bepergian ke seluruh kerajaan mengajarkan nilai-nilai moral, seperti konsep-konsep etika, pemikiran, pandangan politik, dan kultivasi dalam konteks moralitas, serta konsep-konsep ideologi dan budaya pada zamannya.

Dikatakan bahwa standar moral tertinggi Konfusius adalah "belas kasih". Siswanya mengatakan bahwa petunjuknya mengarah di sekitar "kesetiaan dan perhatian kepada orang lain."

Konfusius mengajarkan "Doktrin Tengah," yang disusun dalam salah satu dari empat teks Konfusius kuno, yang dikenal sebagai Empat Buku, dan diterbitkan pada tahun 1190 oleh Zhu Xi.

Orang bijaksana yang berkultivasi tahu bahwa untuk meningkatkan Xinxing (moralitas dan tabiat seseorang), orang itu harus berperilaku baik dan menjadi orang baik. Tetapi hal ini bahkan meluas lebih jauh, yang bermakna: berubah menjadi orang yang lebih baik dan meningkatkan standar moral seseorang melampaui norma manusia.

Jadi, apakah norma untuk manusia yang ditentukan oleh Tuhan? Norma apa sajakah yang ada? Kata-kata Konfusius mungkin bisa membuka pikiran kita.

Menurut The Analects of Confusius, yang dianggap merupakan penafsiran dari kata-kata dan perilakunya, Konfusius mengatakan:

"Belajar tanpa berpikir berarti menyia-nyiakan tenaga; berpikir tanpa belajar adalah berbahaya."

Konfusius menjelaskan bahwa jika seseorang belajar tanpa berpikir, orang tidak akan paham, dan bahwa jika seseorang berpikir tetapi tidak belajar, orang akan menjadi bingung.

Ketika seseorang belajar, dia bisa menghafal dan kemudian mengingat apa yang telah ia pelajari. Namun seringkali ia hanya memahami makna permukaan dan bukan makna yang lebih dalam yang sedang disajikan. 

Banyak orang yang tidak menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan realitas, yang berarti bahwa mereka membacanya tetapi tidak dapat menerapkan apa yang telah mereka baca. Dengan demikian, pembelajaran menjadi dangkal. Kita bisa menggambarkannya sebagai "menghirup informasi tanpa mencernanya." Dia akan mengetahui dasar-dasarnya tetapi tidak dapat mempraktekkan apa yang telah ia pelajari. Dia belajar secara mekanis, tanpa memroses apa yang telah ia pelajari.

Karena ilmu pengetahuan modern sangat mekanis dan dangkal, Ia mencegah seseorang memahami isi yang lebih dalam kecuali seseorang mengkultivasi Xinxing dan meningkatkan karakter-nya. Ilmu pengetahuan modern membatasi pikiran orang. Oleh karena itu mereka harus memperhatikan metode pembelajaran ini dan memahami kekuatan dan kelemahannya untuk menghindari menjadi terkomputerisasi, mekanik, dan linier.

Di sisi lain, Konfusius menyarankan bahwa jika seseorang hanya berpikir tapi tidak belajar, orang akan menjadi bingung dan orang itu tidak akan meningkatkan karakternya. Tentu saja, seorang guru yang bijaksana memainkan peran penting ketika mengajar siswa. 

Adalah sangat sulit untuk menemukan seorang guru yang memiliki kebijakan. Karena itu, ketika seseorang menemukan guru seperti itu, orang tidak boleh malas, tetapi memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, menyadari  betapa itu kesempatan yang berharga, dan belajar keras, mengikuti petunjuk guru, dan berbuat lebih baik sampai seseorang berhasil.

Kultivasi berbeda dari perilaku manusia. Berkultivasi berbeda dari mempelajari pengetahuan manusia, memupuk karakter moral seseorang, atau perbaikan diri.

Standar untuk seorang kultivator lebih tinggi, dan alasan untuk itu lebih mendalam. Hanya kultivator yang dapat memahami konsep ini ketika mereka berkultivasi dengan gigih. [Jasisca Wang / Jambi]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA